Jumat, 27 Desember 2019

Budidaya Bambu


   

Kekayaan hasil hutan bukan kayu merupakan bagian dari kekayaan sumber daya hutan di Indonesia dapat menjadi salah satu alternatif pengurangan penggunaan kayu di hutan yang semakin terbatas keberadaannya. Bambu salah satu diantaranya, saat ini sangat berkembang penggunaannya. Pada awalnya hanya sebagai perlengkapan rumah tangga, kini makin berkembang menjadi berbagai macam keperluan industri, sehingga bagi masyarakat di pedesaan dikategorikan sebagai penujang utama perekonomian mereka.
Suatu hal yang menguntungkan dari menanam bambu adalah penanaman cukup dilakukan sekali saja, mudah tumbuh pada habitat yang sesuai dan selanjutnya tinggal memanen saja. Dalam pertumbuhannya tentunya tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungan tempat tumbuh, pola tanam dan teknik pemeliharaan yang sesuai sehingga dengan demikian faktor-faktor lingkungan penting untuk diketahui agar dapat berproduksi secara optimal.
Peningkatan penggunaan beberapa jenis bambu menyebabkan tanaman bambu rakyat tereksploitasi secara tidak terkendali tanpa diimbangi dengan tindakan pembudidayaan. 

Peningkatan penggunaan beberapa jenis bambu menyebabkan tanaman bambu rakyat tereksploitasi secara tidak terkendali tanpa diimbangi dengan tindakan pembudidayaan.

Soendjoto (1997) menyatakan bahwa salah satu bentuk penurunan, pengrusakan dan pemusnahan ragam hayati adalah pemanenan tanpa upaya budidaya, penebangan dan mengintroduksi jenis baru. Belum membudayanya usaha pelestarian terhadap bambu disebabkan karena tegakan-tegakan bambu yang umumnya hidup pada lahan-lahan rakyat nampaknya masih dianggap cukup. Selain itu informasi dan pengetahuan tentang budidaya jenis-jenis bambu masih sangat kurang demikian pula pengenalan terhadap jenis-jenis bambu yang ada di Indonesia serta pemanfaatannya. Untuk itu diperlukan suatu sarana pengembangan tanaman bambu khususnya pada jenis-jenis yang umumnya telah digunakan maupun yang belum dikenal oleh masyarakat namun mempunyai banyak manfaat.
Kondisi Tempat Tumbuh
·         Topografi

            Tanaman bambu dijumpai tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 100 – 2200 m di atas permukaan laut. Walaupun demikian tidak semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik pada semua ketinggian tempat, namun pada tempat-tempat yang lembab atau pada tempat yang kondisi curah hujannya tinggi dapat mencapai pertumbuhan terbaik, seperti ditepi sungai, ditebing-tebing yang curam. Pada tempat-tempat yang disenangi, umur tanaman 4 tahun perumpunan sudah dapat terjadi secara normal dimana jumlah rumpun sudah dapat mecapai 30 batang dengan diameter rata-rata di atas 7 cm.

            Secara umum di lokasi pengembangan bambu bentuk topografi mulai dari berombak sampai bergunung. Satuan topografi mulai dari berombak sampai bergunung. Satuan topografi berombak mempunyai kemiringan 3 – 8%, bergelombang 9 – 15% dan bergunung > 30%.
·         Iklim

            Umumnya tanaman bambu dapat tumbuh dengan baik dan tersebar dimana-mana, walaupun dalam pertumbuhannya dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Unsur-unsur iklim meliputi sinar matahari, suhu, curah hujan dan kelembaban. Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka dimana sinar matahari dapat langsung memasuki celah-celah rumpun sehingga proses fotosintesis dapat berjalan lancar, selain itu juga dapat mencegah tumbuhnya cendawan yang akan mengganggu kesuburan tanaman bambu dan dapat berakibat merubah warna bambu tersebut menjadi kurang baik.

            Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah bersuhu 8,8 - 36°C. Type iklim mulai dari A, B, C, D sampai E (mulai dari iklim basah sampai kering), semakin basah type iklim makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh. Ini disebabkan karena tanaman bambu termasuk tanaman yang banyak membutuhkan air yaitu curah hujan minimal 1020 mm/tahun dan kelembaban minimum 76%.
·         Tanah

            Jenis tanah di lokasi praktek mulai dari tanah berat sampai ringan dan mulai dari tanah subur sampai kurang subur. Karena topografi lokasi peta bergelombang sampai berbukit, maka lembah merupakan tempat yang subur, sedangkan pada bagian-bagian bukit yang didominasi oleh pasir yang rata-rata kandungan haranya sangat rendah menyebabkan pada bagian ini kurang subur. Sifat fisik tanah pada lokasi praktek dengan pH 5,11 dan memiliki kandungan unsur hara makro (N dan K) dalam kondisi rata-rata rendah sedangkan P yang tersedia dalam keadaan cukup sedangkan kandungan bahan organik tanah juga sangat rendah yang rata-rata 1,81 %. Rata-rata suhu pada siang hari waktu musim penghujan adalah 21°C dengan kelembaban mencapai 75,1 % sedangkan pada musim kemarau rata-rata suhu pada siang hari dapat mencapai 25,83°C dan kelembaban udara rata 61 %.



Pemanfaatan Bambu
Di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis bambu. Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan manfaat bambu ditinjau dari setiap bagian tanamannya.
·          Akar

            Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya banjir. Tak heran bila beberapa jenis bambu yang banyak tumbuh di pinggir sungai atau jurang sesungguhnya berperan penting mempertahankan kelestarian tempat tersebut. Dengan demikian bambu mempunyai arti yang penting dalam pelestarian lingkungan hidup.

            Akar tanaman bambu juga dapat berperan dalam menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu akar bambu mampu melakukan penampungan mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan air sumur.
·         Batang 

            Batang bambu memang merupakan bagian yang paling banyak diusahakan untuk dibuat berbagai macam barang untuk keperluan sehari-hari. Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Namun, ada juga jenis bambu yang dapat dan tidak dapat dimanfaatkan. Berikut ini diuraikan beberapa jenis bambu yang mempunyai manfaat atau nilai ekonomis tinggi.

               Jenis Bambu
1.    Bambu Apus (Gigantochloa apus)
Batang bambu apus berbatang kuat, liat, dan lurus. Jenis ini terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku kerajinan anyaman karena seratnya yang panjang, kuat, dan lentur. Ada juga yang menggunakannya untuk alat musik.
2.    Bambu Ater (Gigantochloa atter)Batang bambu ater biasanya digunakan orang untuk dinding rumah, pagar, alat-alat rumah tangga, kerajinan tangan dan ada juga yang menggunakan untuk alat musik.
3.    Bambu Andong (Gigantochloa verticillata/ Gigantochloa pseudo arundinacea)

Batang bambu andong banyak digunakan untuk bahan bangunan, chopstick, dan untuk membuat berbagai jenis kerajinan tangan.

4.    Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
Bambu betung sifatnya keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya besar-besar dan ruasnya panjang. Dapat dimanfaatkan untuk saluran air, penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam, (gedek atau bilik), dan berbgai jenis barang kerajinan.
5.    Bambu Kuning (Bambusa vulgaris)
Bambu kuning dapat dimanfaatkan untuk mebel, bahan pembuat kertas, untuk kerajinan tangan dan dapatditanam di halaman rumah karena cukup menarik sebagai tanaman hias serta untuk obat penyakit kuning atau lever.
6.    Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolacea)
Bambu hitam sangat baik untuk dibuat alat musik seperti angklung, gambang, atau calung dan dapat juga digunakan untuk furniture dan bahan kerajinan tangan.
Pembagian berdasarkan penggunaan akhir ke dalam konstruksi dan non konstruksi disebabkan oleh banyaknya penggunaan bambu di bidang konstruksi. Di Indonesia sekitar 80 % batang bambu dimanfaatkan untuk bidang konstruksi. Selebihnya dimanfaatkan dalam bentuk lainnya seperti kerajinan, furniture, chopstick, industri pulp dan kertas, serta keperluan lainnya.
           Pengelolaan Bambu

Bambu hidupnya merumpun, seperti halnya tanaman tebu, bambu mempunyai ruas dan buku. Pada ruas-ruas ini pula dapat tumbuh akar, sehingga memungkinkan bambu untuk memperbanyak dirinya dengan tunas-tunas akar rimpangnya. Perbanyakan tanaman bambu dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif yaitu dengan melalui biji. Sedangkan perbanyakan vegetatif antara lain dengan stek batang, stek cabang atau stek rhizom. Selain itu ada cara cepat penyediaan bibit bambu dengan teknik kultur jaringan .
A.   Stek Batang dan Stek Cabang
Buku batang dan buku cabang merupakan sumber potensial untuk menghasilkan tunas dan akar. Oleh karena itu kedua bahan tersebut baik sekali dimanfaatkan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
            Bahan bibit untuk stek batang dipilih yang berumur lebih kurang 2 tahun. Bagian yang digunakan adalah bagian bawah sampai tengah batang yang mempunyai tunas atau mata tunas. Setelah itu dipotong-potong sekitar 10 cm dari bawah dan atas buku yang terdapat tunas, dengan demikian diperoleh bahan stek batang yang berukuran 20 cm. Selanjutnya stek batang tersebut disemaikan dengan cara ditancapkan pada guludan sehingga bagian mata tunas atau tunas tertutup tanah.
            Bahan bibit yang berasal dari stek cabang dipilih dari cabang pada batang induk yang berumur sekitar 3 tahun. Cabang itu lalu dipotong mulai dari pangkal yang menempel pada buku batang, setelah itu bagian ujungnya dipotong sehingga diperoleh panjang stek cabang kira-kira 75 cm (3 – 4 ruas cabang). Stek tersebut lalu ditancapkan pada kantong plastik yang telah disiapkan. Adapun keuntungan perbanyakan menggunakan stek batang atau cabang antara lain:

a) Bahan bibit yang didapat lebih banyak,

b) Bibit dapat diperoleh dengan mudah dan murah,
c) Tidak merusak rumput yang tinggal,
d) Waktu mengambilkan akan lebih cepat,
e) Kebutuhan bibit untuk areal yang luas lebih memungkinkan,
f)  Pembentukan rumput lebih cepat.
            Adapun kerugian dari cara perbanyakan ini antara lain daya tumbuhannya lebih rendah dibandingkan dengan rimpang, kurang bahan terdapat kekeringan, terbatas untuk jenis-jenis tertentu, dan resiko kegagalan cukup besar. Daya tumbuh tunas stek rendah karena dalam ruas stek tidak tersedia cadangan makanan yang cukup. Rata-rata daya tumbuh stek batang di lapangan umumnya kurang dari 40%. Akan tetapi dengan perlakuan khusus di persemaian daya tumbuh stek batang bambu tutul (B. vulgaris) dapat meningkat menjadi 85% dan bambu ater (G. atter) menjadi 60%.
B.   Stek rhizome
Rhizom atau rimpang adalah akar-akar yang mampu memberikan pertumbuhan tunas sebagai calon batang muda. Perbanyakan dengan stek rhizom sudah biasa dilakukan dibandingkan dengan stek batang atau cabang. Stek ini tidak perlu disemaikan terlebih dulu karena ukurannya relatif besar, kecuali untuk jenis bambu yang ukuran batangnya kecil.

            Hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan batang bambu yang rhizomnya bisa digunakan untuk bibit.gunakan batang bambu yang berumur sekitar 2 tahun. Hal ini dimaksud untuk mengatasi terjadinya kekeringan pada waktu di lapangan yang sering terjadi bila menggunakan

bibit dari batang muda.Selain itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan stek rhizom sebagai berikut:
a) Pada Rhizom harus adaeberapa kuncup tidur
b) Bibit harus diambil secara hati-hati jangan sampai rusak
c) Pengumpulan bibit dilakukan sebelum pembentukan rebung-rebung   baru
d) Pengambilan bibit sebaiknya dilakukan pada hari penanaman
e) Sebaiknya bibit jangan disimpan, kalaupun disimpan harus dalam keadaan lembab.
C.   Kultur Jaringan
            Penanaman bambu dalam skala yang luas memerlukan penyediaan bibit dalam jumlah besar dan cepat. Masalahnya bibit yang diperoleh melalui biji, stek batang, dan rhizom masih terbatas. Untuk mengatasi kendala pengadaan bibit itu Puslitbang Bioteknologi LIPI telah melakukan percobaan perbanyakan bambu dengan kultur jaringan.
   Kultur jaringan adalah teknik untuk mengisolasi dan menumbuhkan bagian-bagian tanaman (bisa berupa protoplas, sel, kelompok sel, atau organ) pada media buatan yang aseptik dan mengandung semua unsur hara dalam wadah tembus pandang. Perbanyakan bambu dengan kultur jaringan dapat dilakukan dengan biji, bisa juga dengan tunas muda. Dengan teknik kultur jaringan dapat dihasilkan lebih dari 50 tunas bambu dalam 1 botol kecil dalam waktu kurang lebih 2 bulan.

D.   Persemaian

            Tempat persemaian untuk stek batang yang berdiameter lebih besar tidak sama dengan untuk stek cabang yang berdiameter lebih kecil. Pada persemaian stek batang dibuatkan guludan yang tanahnya sudah digemburkan dan diberi atap persemaian dari plastik setinggi 150 cm. Lebar guludan kira-kira 100 cm, tinggi 40 cm, dan panjangnya tergantung dari kebutuhan. Untuk persemaian stek cabang persiapannya seperti pada pembibitan dengan biji, yakni menggunakan kantong plastik berukuran 15 x 25 cm, lalu disusun rapi dan diberi atap.Pembuatan persemaian bibit hendaknya dimulai pada musim hujan, karena tingkat kelembaban udara yang tinggi sangat membantu pertumbuhan tunas. Pemindahan anakan bibit ke lapangan dilakukan setelah berumur 1 tahun.

E.   Penanaman

            Membudidayakan bambu tidaklah sulit. Cara penanaman bambu untuk diambil rebungnya sama saja dengan tanaman yang akan diambil batangnya. Penanaman bambu sebaiknya dilakukan pada musim hujan. Sebelum penanaman hendaknya disiapkan terlebih dahulu tanah yang akan ditanami.

1.    Persiapan Tanaman
      Penanaman bambu bisa dilakukan di kebun, tanah yang terlantar, tepi-tepi sungai, atau di pekarangan. Sebelum penanaman dilakukan pembukaan lahan, lahan dibersihkan dari semak belukar, bebatuan, atau kotoran lain. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengolahan tanah. Bila penanaman akan dilakukan pada tanah yang miring sebaiknya dibuat teras-teras dahulu.
2.    Cara Penanaman
      Bibit yang akan digunakan sebaiknya dalam keadaan segar. Bibit dimasukkan ke lubang tanam dengan posisi tunas atau anakan tegak ke arah atas, lalu ditimbun tanah. Pada saat tanam tambahkan pula pupuk buatan yaitu Urea, TSP, dan KCl dengan perbandingan 3 : 2 : 1 sebanyak 600 kg/ha. Pupuk diberikan melingkari tanaman karena rumpun akan tumbuh di sekeliling tanaman induknya. Setelah itu tanah di sekitar bibit dipadatkan dan ditinggikan sekitar 5 – 10 cm.
  Pemeliharaan

            Tanaman bambu yang dibudidayakan perlu juga pemeliharaan. Meskipun demikian pemeliharaan tanaman bambu tidak intensif, sehingga tidak terlalu merepotkan pemiliknya. Tindakan pemeliharaan tanaman bambu antara lain meliputi pemangkasan, penyiangan, pembumbunan, dan pemupukan.

1.    Pemangkasan;

            Pemangkasan pada tanaman bambu dilakukan dengan memotong cabang-cabang bawah setinggi 2 – 3 m. Cabang-cabang yang dikurangi akan membuat aliran zat makanan lebih terkonsentrasi ke batang utama. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh batang bambu yang diameternya lebih besar dan berkualitas baik. Pemangkasan dapat pula membantu aliran udara atau kondisi aerasi menjadi lebih baik, sehingga mengurangi gangguan hama atau penyakit. Hal ini juga bertujuan untuk menstimulasi pertumbuhan rebung. Pada tanaman bambu yang dipangkas selain rebung rajin muncul biasanya ukurannya pun lebih besar. Pemangkasan biasanya dilakukan pada awal musim hujan.
2.    Penyiangan ; 
      Dalam penanaman bambu kondisi lingkungan yang harus dikendalikan adalah kelembaban tanah. Tanaman bambu perlu disiangi agar bebas dari gulma atau tanaman lain yang mengganggu. Lakukan penyiangan dengan mencabuti rerumputan disekitar pokok utama. Kotoran-kotoran yang sering tersangkut di pokok bambu berupa bagian tanaman mati, sampah, sarang binatang, atau apa saja sebaiknya dibersihkan.
3.    Pemupukan;
            Seperti tanaman yang lain, bambu juga perlu diberi pupuk. Pemupukan ini berguna untuk meningkatkan jumlah batang dan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk yang digunakan adalah Urea, TSP, dan KCl. Dosis pupuk yang digunakan belum ada ketentuan yang pasti karena berapa pun pupuk yang diberikan pasti diserap tanaman bambu. Tanaman bambu tergolong tumbuhan yang banyak menyerap unsur hara, sedangkan unsur yang dikembalikan ke tanah relatif kecil.

            Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim hujan. Sebelum pemupukan, tanah di sekitar rumpun digemburkan dan digali terlabih dahulu. Selanjutnya pupuk ditaburkan merata melingkari rumpun lalu tanah dirapikan kembali.
4.    Pengendalian Hama dan Penyakit
            Tanaman bambu sering juga mengalami gangguan hama penyakit. Namun, serangan ini biasanya kurang diperhatikan karena dapat dikatakan belum terlalu mengganggu pertumbuhan tanaman. Jenis gangguan yang sering dialami tanaman bambu adalah hama uret, kumbang, bubuk atau hama dan rayap.

            Khusus untuk kumbang bubuk, tidak semua jenis bambu disukainya. Sebenarnya yang disukai oleh hama ini adalah zat pati yang terdapat dalam jaringan serat bambu. Setiap jenis bambu memiliki kandungan pati yang berbeda-beda. Sebagai contoh bambu ampel lebih disukai hama bubuk karena kandungan patinya lebih tinggi daripada bambu betung, bambu wulung, atau bambu apus.

            Kandungan pati umumnya tergantung musim, kandungan tertinggi ialah pada saat rebung muncul. Setelah itu kandungan pati akan turun setelah rebung tumbuh. Pada umur 1 dan 2 tahun kandungan zat pati bambu tinggi. Pada umur lebih tua kandungannya lebih renda, biasanya serangan kumbang bubuk lebih banyak dijumpai pada saat rebung muncul dan tanaman masih berumur sekitar 1 – 2 tahun. Meskipun demikian, batang bambu yang sudah dipanenpun masih kemungkinan diserang.





































    
































Rabu, 27 November 2019

Pembuatan banguanan KTA ( Dam Penahan)


 Dam penahan adalah bendungan kecil yang lolos air dengan kontruksi bronjong batu atau crucuk kayu/bamboo yang dibuat pada alur jurang dengan tinggi maksimum 4m. Manfaat DAM Penahan adalah untuk mengendalikan endapan dan aliran air permukaan dari Daerah Tangkapan Air (Catchment Area) di bagian hulu serta meningkatkan permukaan air tanah di bagian hilirnya.
Aliran air pada awalnya menembus bronjong batu ini tetapi pada akhirnya diharapkan sedimentasi terjadi pada bagian atas bronjong yang akhirnya sedimen menutup bronjong ini. Dam pengendali merupakan bangunan lebih besar dan lebih kuat dari pada dam penahan. Umumnya dam pengendali dibangun dengan tanah dipadatkan atau berupa beton sehingga dapat mengendalikan banjir. Kalau dam penahan dibangun dengan kawat bronjong batu yang tembus air. Dam pengendali ini dapat berupa bendungan yang besar.
Dalam pemilihan lokasi check dam harus pada lokasi yang paling menguntungkan di berbagai aspek, seperti dari segi perencanaan, pengoperasian, dampak bangunan, dan sebagainya. Pemilihan lokasi check dam dipilih atas beberapa pertimbangan, antara lain :
Kondisi topografi di sekitar check dam `Check
1.     dam sebaiknya ditempatkan di daerah yang relatif datar dan luas agar volume tampungan menjadi lebih besar, dan gaya yang bekerja relatif lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang agak curam.
2.     Kondisi hidraulik dan morfologi sungai yang meliputi :
·         Pola aliran sungai, kecepatan alirannya disaat debit banjir, sedang, dan kecil.
·         Kedalaman dan lebar muka air disaat debit banjir, sedang, dan kecil.
·         Tinggi muka air pada waktu debit banjir rencana.
3.  Kondisi Tanah pondasi Check dam sebaiknya ditempatkan pada tanah yang pondasinya cukup baik, agar bangunan menjadi kokoh dan stabil. Secara teknis check dam bisa saja dibangun pada tanah yang pondasinya kurang baik, namun hal ini dapat menimbulkan biaya yang besar, dan pengerjaan yang cukup sulit.
4. Biaya Pelaksanaan Beberapa alternatif lokasi juga harus mempertimbangkan besarnya biaya pelaksanaan, teknis pengerjaan, dan tenaga yang dibutuhkan.
5. Faktor-faktor lainnya Faktor lain yang mesti dipertimbangkan adalah penggunaan lahan disekitar bangunan, kemungkinan pengembangan daerah di sekitar check dam, perubahan morfologi sungai dan sebagainya.
Endapan sedimen yang tidak terkendali selalu menjadi masalah setiap bangunan air yang disebabkan oleh salah posisi bangunan tsb atau pengrusakan hutan di Catchment Area hulu sungai. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, khusus Bendung Batang Suliti sering terjadi kekurangan pasokan air sawah yang disebabkan banyak endapan sedimen disaluran kiri atau kanan. Oleh karena itu diperlukan sebuah infrastruktur sungai berbentuk check dam yang berfungsi untuk menahan sedimen-sedimen sungai yang mengalir di sungai tersebut.

Manfaat DAM Penahan adalah untuk mengendalikan endapan dan aliran air permukaan dari Daerah Tangkapan Air (Catchment Area) di bagian hulu serta meningkatkan permukaan air tanah di bagian hilirnya.
Pembuatan Rancangan Dam Penahan (DPn)
           a.       Persiapan
1)      Pemilihan calon lokasi
Pemilihan calon lokasi dilakukan dengan cara inventarisasi terhadap beberapa calon lokasi dam penahan ( DPn ) yang telah ditetapkan dalam Rencana Teknik Tahunan (RTT) yang telah disusun oleh Dinas yang menangani  bidang kehutanan, dengnan criteria sebagai berikut :
      a)      Lahan kritis dan potensi kritis
      b)      Sedimentasi dan erosi tinggi
      c)       Pengamanan sumber mata air
      d)      Pengamanan bangunan vital
      e)      Luas daerah tangkapan air (DTA)  10 – 30 ha
       f)       Tinggi maksimal 4 meter
       g)      Kemiringan alur  10 – 35 %
       h)      Kemiringan lahan  10 – 35 %
2)      Orientasi lapangan
Calon lokasi yang terpilih  (memenuhi criteria) kemudian dilakukan orientasi lapangan  untuk menentukan jumlah volume ,biaya , letak serta ukuran bangunan dam penahan.
3)      Konsultasi
Berdasarkan hasil orientasi lapangan perlu dilakukan konsultasi / pertemuan dengan instansi terkait baik formal ( Dinas PU,Dinas Pertanian ,dsb) maupun non formal (kelompok tani, lembaga adat dsb) dengan tujuan untuk memperoleh  masukan dan kesepakatan sebelum lokasi dan jenis konstruksi  bangunan dam penahan ditetapkan.
4)      Pengadaan bahan dan alat
Pengadaan bahan dan alat diprioritaskan terhadap bahan habis pakai, sedangkan peta dasar dan peralatan lain seperti alat ukur/survey lapangan dapat memanfaatkan yang sudah ada.
5)      Administrasi
Persiapan administrasi meliputi :
      a)      Administrasi kegiatan
      b)      Surat menyurat (pemberitahuan, surat ijin,SPT, dsb)
b. Pengumpulan data dan informasi lapangan
          1)      Data primer
Data primer dapat diperoleh dengan cara survey dan pengukuran lapangan, meliputi senbagai berikut :
      a)      Letak lokasi
      b)      Topografi
c)       Jumlah dan pendapatan penduduk disekitar lokasi
d)      Penutupan lahan
e)      Tanah (jenis, tekstur, permeabilitas)
f)       Kemiringan alur dan lahan 15 – 35 %
2)      Data sekunder
Data sesekunder dapat diperoleh dengan cara pengumpulan data yang telah ada/tersedia baik di instansi pemerintah,swasta dan sebagainya.
     a)      Administrasi wilayah
     b)      Curah hujan (jumlah, intensitas)
     c)       Erosi
     d)      Adat istiadat masyarakat setempat
     e)   Kelompok tani yang akan melaksanakan
Pemeliharaan bangunan dam penahan meliputi :
1)      Pembersihan seresah
2)      Pemeliharaan bronjong
d.      Pelaksanaan Kegiatan.
Pelaksanaan pembuatan Dam Penahan apabila merupakan kegiatan keproyekan (DAK Kehutanan) dapat melalui system swakelola, melalui SPKS dengan kelompok tani, dalam rangka pemberdayaan sumbedaya manusia dan meningkatkan partisipasi masyarakat  local secara langsung serta menumbuhkan rasa memiliki dan melestarikan fungsi dan manfaatnya apabila konstruksi telah selesai. Apabila pembuatan Dam Penahan merupakan kegiatan swadaya masyarakat pelaksanaan dapat dikerjakan bersama sama, misal kelompok tani bersama pemerintah desa di damping oleh penyuluh kehutanan lapangan.

e.      Organisasi Pelaksana.
Sebagai pelaksana pembuatan Dam Penahan adalah kelompok masyarakat didampingi oleh Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL)/Petugas yang ditunjuk dibawah koordinasi Dinas Kabupaten/Kota yang diserahi tugas  dan tanggung jawab di bidang Kehutanan.  Atau kelompok masyarakat didampingi penyuluh kehutanan/ penyuluh lain yang dianggap mampu melaksanakan pembuatan dam penahan.
f.        Jadwal Kegiatan.
Tahapan dalam pekaksanaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tertuang dalam rancangan.
g.       Hasil Kegiatan.
Hasil kegiatan berupa bangunan Dam Penahan (DPn) yang dibuat dengan jumlah dan konstruksi yang sesuai dengan rancangan, dan untuk pemeliharaannya diserahkan kepada kepala desa secara swadaya masyarakat.