LATAR BELAKANG
Gaharu merupakan salah satu
produk hasil hutan bukan kayu yang memiliki prospek menjanjikan karena memiliki
nilai ekonomi tinggi. Hal ini disebabkan oleh gubal pohon gaharu mengandung resin yang
bermanfaat untuk berbagai keperluan antara lain : bahan baku dalam industri parfum, kosmetika, maupun
obat-obatan seperti rematik, sakit perut, sakit badan, dan malaria. Gubal gaharu tersebut merupakan hasil
bioproses yang terjadi di dalam lapisan kayu Aquilaria sp atau jenis-jenis pohon penghasil gaharu lainnya yang
terbentuk sebagai respon pohon gaharu terhadap infeksi patogen yang menyebabkan
terbentuknya resin.
Tingginya
nilai ekonomi yang dihasilkan oleh produk gaharu menyebabkan perdagangan gaharu
di seluruh dunia semakin marak dan pada gilirannya telah menyebabkan kelangkaan
jenis, akibat pemanenan gaharu di alam jurang diimbangi oleh kegiatan budidaya.
TEKNIK BUDIDAYA
Beberapa
penelitian yang dilakukan oleh lembaga-lemabaga penelitian di Indonesia telah
menunjukkan hasil dalam rangka melakukan budidaya gaharu.
a.
Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan tanaman gaharu dapat dilakukan melalui teknik pembiakan
vegetatif (stek, cangkok, kultur jaringan) maupun generatif (perbanyakan dari
benihi). Selain itu dapat juga
dilakukan pengambilan melalui teknik cabutan semai alami di hutan alam. Perbanyakan melalui teknik cabutan perlu
melalui tahap penyungkupan bibit terlebih dahulu.
b. Penanaman
Penanaman gaharu dapat dilakukan pada areal bekas
tebangan, ladang/kebun masyarakat dan sebaiknya masih terdapat pohon-pohon
sebagai penaung dengan kerapatan sekitar 50 %.
Gaharu juga dapat ditanam di antara tanaman perkebunan seperti karet
atau kelapa sawit. Bibit ukuran tinggi minimal 30 cm dapat ditanam
pada lubang tanam ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm.
Pada lubang tanam ditambahkan kompos.
Perawatan pada tahap awal adalah menghilangkan tumbuhan pengganggu yang
tumbuh di sekitar tanaman pokok.
c. Koleksi Isolat
Salah satu kendala budidaya gaharu di level
masyarakat adalah belum optimalnya hasil teknologi budidaya gaharu terutama
dalam rangka koleksi isolat cendawan yang diduga memiliki kemampuan membentuk gaharu. Untuk pembangunan laboratorium cendawan
pembentuk gaharu penting dilakukan sebagai tempat koleksi, perbanyakan, dan
pemeliharaan isolat cendawan untuk melakukan berbagai uji isolat agar diperoleh
kualitas gaharu yang lebih baik.
Beberapa penelitian menginformasikan Fusarium sp merupakan salah satu
cendawan yang diduga dapat membentuk gaharu.
Inokulum padat biasa dijual dengan harga ± Rp 200.000/botol dan dapat
digunakan untuk ± 10-15 lubang.
d. Teknik Penyuntikan
Pohon gaharu yang memiliki
diamater batang ± 10 cm dapat dilakukan penyuntikan inokulum cendawan
gaharu. Penyuntikan gaharu adalah
kegiatan membuat lubang atau membuat tempat terbukanya bagian pohon untuk
memasukkan inokulum cendawan ke bagian dalam pohon agar terjadi proses infeksi
yang pada gilirannya dapat membentuk gaharu.
Penyuntikan dapat dilakukan dengan cara membuat lubang 50 cm dari
pangkal pohon sedalam 1/3 diamater batang, lalu dibuat lubang di atasnya secara
spiral dengan jarak antar lubang ± 50 cm.
Bagian batang yang akan dibor dibersihkan terlebih dahulu. Pelubangan
dapat dilakukan pada batang maupun cabang pohon. Masukkan inokulum padat sebanyak 1-2 sendok
teh/lubang tergantung diameter pohon.
Selanjutnya tutup dengan malam/lilin agar tidak masuk air dan pencemaran
mikroba lain. Setiap pohon, pada tahap
awal dibuat 2-3 lubang untuk penyuntikan.
Tiga bulan kemudian dapat ditambah 3 lubang yang lain pada tempat yang
lain.
Untk inokulum cair, dengan cara yang sama seperti
inokulum padat, lakukan pengeboran batang pada bagian pangkal saja dengan
posisi miring (45o) agar cairan dapat tertampung. Masukkan pipa/slang infus lalu buka pengatur
cairan. Tutup bila cairan sudah terisi
penuh, lalu tutup dengan malam. Ulangi hingga pohon menunjukkan tanda
terinfeksi mikroba pembentuk gaharu.
EVALUASI HASIL PENYUNTIKAN
Untuk mengevaluasi keberhasilan penyuntikan dapat
dilakukan ± 3 bulan setelah penyuntikan. Keberhasilan penyuntikan ditandai oleh
bagian batang yang berubah warna dan tidak busuk serta memberikan aroma harum
jika dibakar. Jagar produksi dapat
optimal, maka pohon yang telah terinfeksi dibiarkan hingga mati.
PEMANENAN
- Panen Bekala
Dilakukan terhadap bekas
lubang bor yang terinfeksi. Panen
dilakukan dengan cara mengerk bagian yang berwarna merah/coklat/hitam dan bila
dibakar berbau harum. Bentuk produksi akan
berupa bubuk.
- Panen Total
Dilaksanakan ketika secara fisik pohon mati. Pohon tersebut ditebang dan
digali akarnya. Kualitas yang dieroleh
dapat dalam beberapa ragam kualitas produk (super, kamedangan, dan abu).
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
dengan minimal deposit hanya 20.000
add Whatshapp : +85515373217 ^_~