Rabu, 31 Juli 2019

BUDIDAYA GAHARU


LATAR BELAKANG
       Gaharu merupakan salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang memiliki prospek menjanjikan karena memiliki nilai ekonomi tinggi.  Hal ini disebabkan oleh gubal pohon gaharu mengandung resin yang bermanfaat untuk berbagai keperluan antara lain : bahan baku dalam industri parfum, kosmetika, maupun obat-obatan seperti rematik, sakit perut, sakit badan, dan malaria.  Gubal gaharu tersebut merupakan hasil bioproses yang terjadi di dalam lapisan kayu Aquilaria sp atau jenis-jenis pohon penghasil gaharu lainnya yang terbentuk sebagai respon pohon gaharu terhadap infeksi patogen yang menyebabkan terbentuknya resin.

       Tingginya nilai ekonomi yang dihasilkan oleh produk gaharu menyebabkan perdagangan gaharu di seluruh dunia semakin marak dan pada gilirannya telah menyebabkan kelangkaan jenis, akibat pemanenan gaharu di alam jurang diimbangi oleh kegiatan budidaya.
 
TEKNIK BUDIDAYA
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh lembaga-lemabaga penelitian di Indonesia telah menunjukkan hasil dalam rangka melakukan budidaya gaharu.
   a. Perbanyakan Tanaman
      Perbanyakan tanaman gaharu dapat dilakukan melalui teknik pembiakan vegetatif (stek, cangkok, kultur jaringan) maupun generatif (perbanyakan dari benihi). Selain itu dapat juga dilakukan pengambilan melalui teknik cabutan semai alami di hutan alam.  Perbanyakan melalui teknik cabutan perlu melalui tahap penyungkupan bibit terlebih dahulu.



b. Penanaman 
     Penanaman gaharu dapat dilakukan pada areal bekas tebangan, ladang/kebun masyarakat dan sebaiknya masih terdapat pohon-pohon sebagai penaung dengan kerapatan sekitar 50 %.  Gaharu juga dapat ditanam di antara tanaman perkebunan seperti karet atau kelapa sawit.  Bibit ukuran tinggi minimal 30 cm dapat ditanam pada lubang tanam ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm.  Pada lubang tanam ditambahkan kompos.  Perawatan pada tahap awal adalah menghilangkan tumbuhan pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman pokok.

    c. Koleksi Isolat
       Salah satu kendala budidaya gaharu di level masyarakat adalah belum optimalnya hasil teknologi budidaya gaharu terutama dalam rangka koleksi isolat cendawan yang diduga memiliki kemampuan membentuk gaharu.  Untuk pembangunan laboratorium cendawan pembentuk gaharu penting dilakukan sebagai tempat koleksi, perbanyakan, dan pemeliharaan isolat cendawan untuk melakukan berbagai uji isolat agar diperoleh kualitas gaharu yang lebih baik.
Beberapa penelitian menginformasikan Fusarium sp merupakan salah satu cendawan yang diduga dapat membentuk gaharu.  Inokulum padat biasa dijual dengan harga ± Rp 200.000/botol dan dapat digunakan untuk ± 10-15 lubang.

   d. Teknik Penyuntikan
      Pohon gaharu yang memiliki diamater batang ± 10 cm dapat dilakukan penyuntikan inokulum cendawan gaharu.  Penyuntikan gaharu adalah kegiatan membuat lubang atau membuat tempat terbukanya bagian pohon untuk memasukkan inokulum cendawan ke bagian dalam pohon agar terjadi proses infeksi yang pada gilirannya dapat membentuk gaharu.  Penyuntikan dapat dilakukan dengan cara membuat lubang 50 cm dari pangkal pohon sedalam 1/3 diamater batang, lalu dibuat lubang di atasnya secara spiral dengan jarak antar lubang ± 50 cm.  Bagian batang yang akan dibor dibersihkan terlebih dahulu. Pelubangan dapat dilakukan pada batang maupun cabang pohon.  Masukkan inokulum padat sebanyak 1-2 sendok teh/lubang tergantung diameter pohon.  Selanjutnya tutup dengan malam/lilin agar tidak masuk air dan pencemaran mikroba lain.  Setiap pohon, pada tahap awal dibuat 2-3 lubang untuk penyuntikan.  Tiga bulan kemudian dapat ditambah 3 lubang yang lain pada tempat yang lain.
Untk inokulum cair, dengan cara yang sama seperti inokulum padat, lakukan pengeboran batang pada bagian pangkal saja dengan posisi miring (45o) agar cairan dapat tertampung.  Masukkan pipa/slang infus lalu buka pengatur cairan.  Tutup bila cairan sudah terisi penuh,  lalu tutup dengan malam.  Ulangi hingga pohon menunjukkan tanda terinfeksi mikroba pembentuk gaharu.


EVALUASI HASIL PENYUNTIKAN

     Untuk mengevaluasi keberhasilan penyuntikan dapat dilakukan ± 3 bulan setelah penyuntikan. Keberhasilan penyuntikan ditandai oleh bagian batang yang berubah warna dan tidak busuk serta memberikan aroma harum jika dibakar.  Jagar produksi dapat optimal, maka pohon yang telah terinfeksi dibiarkan hingga mati.

 PEMANENAN
  •  Panen Bekala
Dilakukan terhadap bekas lubang bor yang terinfeksi.  Panen dilakukan dengan cara mengerk bagian yang berwarna merah/coklat/hitam dan bila dibakar berbau harum.  Bentuk produksi akan berupa bubuk.
  •  Panen Total
Dilaksanakan ketika secara fisik pohon mati. Pohon tersebut ditebang dan digali akarnya.  Kualitas yang dieroleh dapat dalam beberapa ragam kualitas produk (super, kamedangan, dan abu). 



1 komentar:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    dengan minimal deposit hanya 20.000
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~

    BalasHapus