Tanaman Bambu yang seperti kita ketahui saat ini, selalu diidentikan dengan negara Cina atau negara Asia Timur lainnya dimana tanaman ini banyak tumbuh berkembang biak di dataran negara-negara tersebut, padahal tanaman bambu tidak hanya tumbuh pada wilayah tersebut saja melainkan hampir diseluruh belahan dunia termasuk negara Indonesia. Tanaman Bambu adalah tanaman berbunga menahun hijau abadi (Angiosperma-Perennial-Evergreen Plant) yang berasal dari Famili Poaceae. Tanaman ini diklasifikasikan ke dalam lebih 10 dari genus dari 1450 spesies yang ada (Gratani dan Loretta, 2008). Berbagai macam spesies dari tanaman kosmopolit ini dapat ditemukan di berbagai iklim yang mencakup iklim dingin pegunungan hingga iklim tropis panas. Tanamanbambudapatditemui pada sepanjang Asia Timur dari50o Lintang Utaradi Sakhalin Rusia menuju ke selatan hingga ke Australia dan terakhi rmenuju ke Barat (India) hingga ke Himalaya (Bystriakova, 2003).
1.
Pemanfaatan
Bambu sebagai Bahan Material Bangunan Ramah Lingkungan
Pemanfaatan bahan material bangunan yang
tidak terbarukan yang pada umumnya terbuat dari besi, beton, dan logam ternyata
menjadi kontributor terbesar kedua pada isu pemanasan global. Hal ini
dikarenakan material-material tersebut membutuhkan tenaga besar dan juga upaya
penambangan yang jika tidak dilakukan sesuai dengan prosedur yang baik maka
dapat memperparah kondisi lingkungan yang sudah rusak. Diperlukan bahan
subtitusi yang dapat menjawab problema demand dan supply material
bangunan yang kualitasnya sama dan ramah lingkungan.
Efa Suriani (2017) dalam jurnalnya yang
berjudul “Bambu Sebagai Alternatif Penerapan
Material Ekologis: Potensi dan Tantangannya” mengungkapkan bahwasannya bambu dengan struktur
batangnya yang kuat, kondisi entropi yang rendah, dan potensi daur ulang yang
tinggi dapat menjadi alternatif kayu pada material bangunan. Bambu juga membutuhkan
energi yang lebih sedikit dalam proses produksinya, bambu mennghasilkan kadar
karbondioksida lebih sedikit daripada beton dan besi pada satu siklus hidup
bangunan.
2.
Alternatif
Bahan Bakar Fossil : Biomassa Bambu
Pembuatan bahan bakar alternatif yang berupa wood pellet hasil dari limbah pengolahan bambu telah dibahas oleh Effendi Arsad (2015) dalam artikel ilmiahnya yang berjudul “Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Bambu”. Kandungan lignoselulosa dalam bambu memungkinkan ia untuk menjadi bio-fuel terbarukan untuk mengganti bahan bakar fosil yang saat ini harganya tidak cukup terjangkau dan ketersediaannya yang makin hari kian terbatas. Beberapapenelitiantentangwood pellet telahdilakukan, menurut Wang dan Yan, (2005), pemanfaatanwood pellet mampumengurangiemisi CO2 dan menghasilkanefisiensipanassebesar 80%.
3.
Material
Dasar Pulp Kertas
Bambu yang berlimpah di Indonesia dapat digunakan sebagai bahan baku multi guna dan memiliki keunggulan tertentu. Diharapkan bamboo dapat menggantikan bahan baku konvensional, dalam hal ini kayu. Pada saat ini kayu mulai terbatas dan harganya relatif mahal, sedangkan bamboo merupakan salah satu keperluan serat pulp untuk kertas terus meningkat, hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Khusus di Indonesia yang berada di daerah tropis, tanaman bamboo merupakan salah satu pilihan bahan baku pulp dan kertas paling penting (Lybeenet al. 2006). Bambu mempunyai keunggulan jika digunakan sebagai bahan baku kertas, karena cepat pertumbuhan dan mudah diputihkan setelah diolah menjadi pulp menggunakan proses kraft karena tekstur bamboo sebagai tanaman monokoti llebih banyak jaringan parenkim, sehingga tidak sepadat kayu. Pattet al (2005), mengemukakan bahwa selain komponen kimia dan kondisi pengolahan, morfologi serat bahan berlignoselulosa juga merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pulp dan kertas, karena komposisi jaringan tanaman dalam sel yang beragam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar