Pandemi penyakit virus corona
2019 (COVID-19) bukan hanya mengancam kesehatan fisik, tetapi juga telah
mengancam kesehatan mental banyak orang. Betapa tidak,
penyakit yang telah menelan 269 ribu korban
jiwa di seluruh dunia hingga 7 Mei 2020 ini telah menimbulkan
banyak kekhawatiran di kalangan masyarakat. Setiap menit, masyarakat selalu
dihujani oleh berita dan informasi seputar COVID-19, baik melalui TV, media
sosial, serta internet.
Maka tak heran jika banyak masyarakat
mengalami gangguan mental di tengah pandemi penyakit yang ditimbulkan oleh
virus novel corona tersebut. Beberapa gangguan mental yang kerap timbul dewasa
ini misalnya mudah terbawa emosi, stres, cemas berlebihan, depresi, dan sebagainya.
Kecemasan dan gangguan mental ini
kemudian akan menimbulkan ketidakseimbangan di otak, yang pada akhirnya timbul
menjadi gangguan psikis, atau disebut juga psikosomatik. Ketika seseorang
mengalami gejala psikosomatik, maka ia bisa merasakan gejala seperti penyakit
COVID-19, yakni merasa demam, pusing, atau sakit tenggorokan, padahal suhu
tubuhnya normal.
Panduan WHO untuk menjaga kesehatan mental selama
pandemi COVID-19. Setiap orang perlu menjaga kesehatan
mental untuk menghindari keluhan fisik yang muncul akibat stres.
Karena, ketika seseorang stres, maka sistem imun dalam tubuh akan berkurang.
Ini akan menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit.
Menyadari bahwa kecemasan akibat
COVID-19 telah meliputi banyak masyarakat, maka World Health Organization (WHO) pada Maret 2020 merilis panduan bagi
masyarakat untuk sama-sama menjaga kesehatan mental. Caranya ialah dengan
melakukan beberapa hal berikut:
1.
Cobalah berempati
Pahamilah bahwa COVID-19 adalah penyakit
yang menyerang seluruh lapisan masyarakat. Jadi, jangan pernah mengasosiasikan
COVID-19 pada etnis tertentu atau negara tertentu. Cobalah berempati pada orang
yang terinfeksi COVID-19 dengan memahami bahwa mereka tidak melakukan
kesalahan. Sebaliknya, kita harus bersama-sama mendukung pasien COVID-19 dengan
memperlihatkan simpati, empati dan kebaikan.
2.
Kurangi stigma negatif terhadap pasien COVID-19
Penting pula untuk tidak menyebut pasien
COVID-19 sebagai “kasus COVID-19” atau “keluarga COVID-19”, atau “orang sakit
COVID-19”. Melainkan, sebutlah mereka sebagai orang yang mempunyai COVID-19
atau orang yang menjalani perawatan COVID-19. Kita perlu memisahkan identitas
seseorang dengan COVID-19 untuk mengurangi stigma negatif. Ketika para pasien
ini sembuh, maka mereka berhak untuk kembali beraktivitas seperti layaknya
orang-orang kebanyakan.
3.
Batasi diri dari paparan berita dan media sosial
Kita juga perlu membatasi
diri dari paparan berita dan media sosial yang dipenuhi oleh
informasi seputar COVID-19. Karena membaca atau melihat banyak berita
menyedihkan dan menakutkan seputar COVID-19 akan membuat kita semakin putus
asa, stress, bahkan depresi.
Pahami pula bahwa tidak semua informasi
dan berita yang kita lihat atau baca di TV dan di internet adalah benar. Untuk
menghindarkan diri dari berita tidak benar atau hoax, kamu perlu membaca referensi dari website resmi pemerintah dan WHO. Pemerintah Indonesia sendiri merilis update
resmi seputar COVID-19 melalui www.covid19.go.id.
Kamu juga bisa mendukung menghentikan
penyebaran berita hoax dengan
menyaring terlebih dahulu informasi atau berita sebelum menyebarkannya. Atau
cara lain, kamu juga bisa hanya menyebarkan berita-berita positif, melakukan
kegiatan yang menyenangkan di media sosial seperti posting berbagai challenge yang ramai saat ini, atau posting video kreatif di TikTok.
4.
Lindungi diri kamu dan keluarga
Rasa cemas yang menghampiri banyak orang
dewasa ini sebetulnya sangat beralasan. Karena, setiap orang pasti tidak ingin
dirinya atau orang-orang yang dicintai akan terkena virus corona yang akhirnya
akan membahayakan jiwa. Agar kecemasan ini berkurang, kamu bisa menerapkan
anjuran WHO agar terhindar dari COVID-19. Caranya ialah dengan melakukan physical distancing, #DiRumahAja, rajin-rajin mencuci
tangan dengan sabun atau hand sanitiser,
menutup hidung dan mulut ketika bersin dan batuk, serta tidak menyentuh mata,
mulut dan hidung. Jika kamu terpaksa harus bekerja di luar rumah, pastikan kamu
tetap melindungi diri dengan memakai masker, sarung tangan, dan menjaga jarak
dengan orang lain minimal 1,5 meter.
5.
Berikan dukungan pada tenaga medis
Kamu juga bisa memberikan dukungan bagi
para tenaga medis yang sudah merawat dan menyelamatkan jiwa para pasien dengan
cara mengirimkan kata-kata positif yang bisa menguatkan mereka selama bekerja,
mengirimkan bunga, mengirimkan bantuan alat kesehatan, mengirimkan makanan, dan
sebagainya.
6.
Saling mendukung sesama
Kebijakan physical distancing dan berkegiatan di rumah saja
telah berdampak serius bagi kehidupan ekonomi. Tak hanya memukul kalangan
pemilik usaha, pandemi ini terutama memberikan pukulan keras bagi para pekerja.
Banyak pekerja yang harus mengalami pengurangan atau kehilangan penghasilan
selama pandemi berlangsung. Kamu pun bisa mendukung mereka dengan cara memakai
produk dan jasa yang mereka tawarkan atau sekadar bersedekah.
Kegiatan positif yang bisa kamu coba untuk menjaga
kesehatan mental. Meski ruang beraktivitas kita terbatas,
namun kebijakan berkegiatan di rumah memiliki banyak manfaat positif. Pertama,
waktu kamu bersama keluarga sangat banyak. Kamu menjadi bisa mengawasi anggota
keluarga dalam aktivitas mereka, serta punya banyak quality time dengan mereka.
Kedua, kamu tidak perlu buang waktu dan tenaga di jalan untuk ke kantor dan ke
sekolah. Kelebihan waktu ini bisa kamu manfaatkan untuk hal-hal lain, seperti
melakukan hobi atau bekerja. Kegiatan apa saja yang bisa kamu lakukan di rumah
untuk menjaga kesehatan mental?
1.
Lakukan hal kegemaranmu
Dalam hal ini, kamu bisa melakukan hobi
di sela waktu yang senggang, seperti bikin kue, berkebun, bikin kerajinan
tangan, merawat hewan peliharaan, olahraga, main musik, baca buku, dan lain
sebagainya. Kamu juga bisa nonton film series, mendengarkan rekaman podcast,
atau siaran streaming dari tokoh-tokoh
inspiratif dunia.
2.
Baca berita-berita yang positif
Di tengah wabah COVID-19 ini, setiap
hari bisa jadi kita terpapar oleh begitu banyak berita negatif. Secara tidak
langsung, berita-berita negatif ini bisa berdampak langsung pada kesehatan
mental kamu. Untuk menyeimbanginya, penting juga mengakses berita-berita
positif untuk membangun kembali semangatmu. Kamu bisa membaca kisah-kisah
inspiratif dari para survivor penyakit
ini, upaya berbagai negara yang berhasil menanggulanginya, hingga progres
pembuatan vaksin penyembuhnya.
3.
Coba hal baru
Karena kamu punya lebih banyak waktu,
ini saat yang tepat untuk mencoba hal baru. Misalnya, belajar menjahit atau
merajut, masak masakan yang belum pernah kamu masak sebelumnya, meditasi dan
latihan pernapasan, olahraga di dalam rumah, atau mencoba eksperimen kerajinan
bersama anak-anak. Salah satu teknik menenangkan diri yang bisa kamu coba
ketika panik atau cemas ialah mencoba latihan pernapasan. Cobalah tarik napas
dalam sebanyak enam kali untuk menenangkan diri setiap kali kamu merasa cemas.
4.
Tetaplah terhubung dengan orang lain
Berkegiatan di rumah tidak berarti kamu
tidak bisa terhubung dengan teman atau keluarga. Justru, ini momen yang tepat
untuk memberikan dukungan pada orang-orang yang berarti bagi kamu, seperti
keluarga dan sahabat. Kamu bisa tetap terhubung dengan mereka dengan
melakukan conference call keluarga
atau “nongkrong live” bareng teman
sambil melakukan kegiatan, seperti makan siang bareng, ngopi bareng, belajar
bareng, atau bahkan olahraga bareng.
Pandemi COVID-19 memang menimbulkan
kecemasan bagi semua orang. Tetapi, stress yang berlebihan akan menurunkan imun
tubuh, yang pada akhirnya mengancam kesehatan fisik. Karenanya, mari perhatikan
kesehatan mental agar kamu tetap tenang dan berpikiran positif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar